Amerika

Wednesday, October 9, 2013

MANUSIA BISA BERUBAH



Manusia adalah mahluk yang memiliki hati nurani dan juga akal dan budi pekerti.  Oleh karena itulah yang membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Allah yang lainnya.  Ada orang yang beruntung, yaiatu orang yang berubah dari berbuat buruk kemudian mengambil hikmahnya dan berubah menjadi orang yang baik. Ada orang yang celaka yaitu orang yang baik kemudian berubah menjadi orang yang buruk.
Aku melihat hal ini terjadi pada salah seorang yang aku kenal hampir satu tahun tselama inggal di US ini.  Menurut cerita semua orang, pria  ini dahulu kala adalah orang yang sangat baik, tapi akhir-akhir ini dia menjadi orang yang lebih moody, mudah marah, hanya kata yang menyakitkan keluar dari mulutnya dan tidak pernah terpancar lagi kebahagiaan dari wajahnya, hanya amarah yang ada diwajahnya.
Secara fisik untuk pria berusia 55 tahun, dia masih kelihatan tampan, gagah dan menawan akan tetapi wajahnya yang penuh dengan amarah, dendam dan ambisi membuatnya tidak memiliki aura dan tidak menyenangkan untuk dilihat.   Secara pribadi aku hanya mengenal pria ini sepintas lalu saja, hanya menyapa dan tersenyum setiap kali bertatapan atau berpapasan dengannya.
Akan tetapi akhir-akhir ini banyak sekali rumor yang mengatakan, dia telah membakar jembatan penghubung silaturahmi dengan banyak orang.  Mulai dengan orang yang bekerja di bawahnya sampai dengan orang yang sejajar dengannya dan juga dengna orang yang diatasnya.   Dan yang menyebabkan semua itu adalah UANG, dan juga KEKUASAAAN. 
Dia berpenghasialan ribuan dolar seharinya, mengendarai  mobil mewah keluaran terbaru, rumah mewah dilingkungan elit nan indah.  Akan tetapi tidak pernah merasa cukup.  Dia merasa selalau kurang dan menjadi lebih serakah.  Yang dia inginkan adalah uang, uang dan uang.  Dia tidak lagi perduli dengan persahabatan dan juga penghargaan kepada orang yang pernah berjasa terhadap kesuksesannya.  Yang dia mau hanya uang, uang dan uang dan lagi lagi uang.
Dia tidak lagi memiliki hubungan yang tulus dengan orang disekitarnya, semua orang yang berada disekitarnya adalah brown nose,orang yang hanya bisa mengatakan hal yang dia mau dengar.  Semua orang yang mengemukakan kebenaran dia jauhkan, dan jika dia berani angkat bicara atau menentang dia tidak akan segan-segan untuk menendangnya jauh-jauh.
Dan akhir-akhir ini sepak terjangnya mulai membuat orang terdekatku merasa gundah dan tidak lagi nyaman berada disekitar orang itu.  Aku hanya bisa berdo’a “Tuhan semoga Engkau bukakan hatinya, bukakan hati nuraninya akan kebenaran dan juga keadilan.”  Aku tidak ingin orang seperti itu menyakiti hati orang tercintaku.  Lindungi orang tercintaku ya Allah, lindungi orang tercintaku dari manusia beraklak seperti itu.  Terimakasih

Berubah Untuk Menuju Kebaikan

Pernah lihat binatang koala?
Atau paling tidak, tahu tentu yang namanya koala.
Si koala ini adalah binatang khas dari Australia.
Dia tenar sekali disana karena bentuknya memang lucu dan mengemaskan. Coklat gelap warnanya dan wajahnya lugu banget gitu.
Si koala ini punya karakter pemalas. Menurut penelitian (& juga menurut sumber salah seorang teman saya), si koala adalah salah satu binatang paling malas di dunia ini.

Konon dia tidur 22 jam dalam sehari!

Huebat ya… Padahal dalam satu hari hanya ada 24 jam, dimana dengan kata lain, ya hanya 2 jam tok si koala bangun dan beraktifitas.
Dia hidup di batang sebuah pohon. Kalau mau makan pun dia malas bergerak dan hanya mau bergeser sedikit untuk mengambil makanan yang sudah tersedia saja di sekitar dia. Bergerak paling banyak dia lakukan hanya kalau sedang melakukan hubungan seks.
Itulah mungkin kenapa si koala kemudian mendapat titel sebagai binatang pemalas.
Ya memang begitulah karakternya… Mana bisa berubah lagi?
Tetapi bagaimana ceritanya kalau dengan karakter seorang manusia?
Apa masih berubah?
Dalam satu bulan belakangan ini saya banyak sekali mendapat kalimat yang sama dari waktu ke waktu terus-menerus, “Ya memang begitu kok karakternya. Mana bisa berubah lagi, Liz”
Dahi saya kok jadi berkerut ya.
Apa iya manusia itu bisa sama disejajarkan seperti seekor koala, yang nota bene masuk ke dalam spesies binatang, dan tidak bisa berubah?
Dahi saya tambah berkerut nih sekarang kayaknya…
Saya yakin tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia.

Yang dibutuhkan lagi-lagi hanya seonggok, segepok, segumpal keyakinan dan kemauan. Dan saya yakin semua pasti sudah pernah mendengar kalimat tersebut sebelumnya dalam beragam percakapan, dalam beragam artikel, dalam beragam hal.

Masalahnya sekarang seberapa besar keyakinan dan kemauan kita untuk berubah??

Kalau keyakinan dan kemauan itu cukup besar, rasanya tidak ada yang tidak mungkin.

Saya tidak percaya dengan kalimat tadi, ‘Ya sudah karakter. Mana bisa berubah lagi’. Menurut saya itu adalah sebuah alasan yang dangkal sekali.
Karakter pemarah, karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter defensif, karakter pembohong, karakter pembual, karakter egois, karakter kompulsif, karakter penakut, karakter depresif, karakter manipulatif dan beribu-ribu karakter lainnya SEMUA BISA BERUBAH.
Saya berani mempertaruhkan semua milik saya untuk kalimat saya tersebut : semua karakter BISA BERUBAH.

Pertanyaannya ‘hanya’lah, mau tidak si manusia itu berubah?
Kalau sudah mau berubah, pertanyaan selanjutnya (& yang paling penting) mau tidak dia berjuang untuk berubah????

Perubahan bukan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu satu malam.

Saya pun tidak pernah bilang itu akan menjadi hal yang mudah serta cepat dicapai seperti orang makan cabai lalu langsung pedas.

Perubahan itu mungkin perlu dilakukan dengan usaha yang maha gigih sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, setakar demi setakar.
(Saya menyadari hal tersebut dari pengalaman pribadi).
Kebayang sudah berapa puluh tahun mungkin si karakter telah mengendap dan mengalir lancar dalam diri.
Kebayang pula sudah berapa puluh tahun kita telah terbiasa menjalankan karakter tersebut.

Seperti kalau misalnya si koala yang juga sudah turun temurun dari nenek moyang begitulah adanya. Hal yang mustahil rasanya untuk merubah si koala.
Tetapi sekali lagi, apa iya kita sama sejajar dengan si koala?
Bagaimana kabarnya dengan atribut ‘kemanusiaan’ yang melekat pada manusia seperti otak, kepintaran, intensi dan kemauan bebas?

Apa tidak ada gunanya semua untuk menghasilkan keadaan yang lebih baik?

Banyak orang mengatakan ingin berubah dan akan berubah.
Tetapi tidak banyak orang yang benar-benar berjuang mewujudkan perubahan itu.

Setiap orang juga tentunya pernah kena teguran, tamparan dan bahkan cacian.

Tetapi tidak banyak orang yang bisa belajar dari teguran, tamparan dan cacian tersebut serta menjadikannya sebagai wake up call.

Mungkin dulu pernah ada penelitian atau percobaan yang ingin membuat si koala lebih aktif, lebih gesit dan lebih banyak bergerak (he3x… mungkin lho ya. Siapa tahu memang pernah ada penelitian atau percobaan itu).
Namun tampaknya tidak sukses tuh karena si koala tetap lah si koala.
Lalu bagaimana dengan kita?
Apakah kita tetaplah kita yang sama dablek-nya dengan si koala???
Atau kita masih bisa menggunakan atribut ‘kemanusiaan’ kita untuk berjuang dan berubah menghasilkan keadaan yang lebih baik?
Saya yakin kita bisa.
Saya pribadi berharap Yang Diatas terus membimbing saya (& kita semua) untuk menggunakan atribut ‘kemanusiaan’ yang ada dengan bijak.

No comments:

Post a Comment