Menabur Pikiran, menuai Tindakan; Menabur tindakan, menuai Kebiasaan;
Menabur Kebiasaan, menuai Karakter; Menabur Karakter, menuai Nasib. Samuel
Smiles

Kebiasaan yang pertama diawali dari mindset atau pola pikir kita. Kita harus sadar sepenuhnya bahwa kita bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Orang yang efektif berprinsip bahwa hidup adalah pilihan, sehingga sadar bahwa keadaan saat ini adalah hasil dari pilihan-pilihan sendiri di masa lalu. Orang yang proaktif bersikap didasari pada prinsipnya (yaitu bebas memilih dan bertanggung jawab atas pilihan yang diambil), sedang orang yang reaktif berbuat sebagai hasil dari reaksi apa yang terjadi di luar dirinya.

Di saat jeda memilih tersebut, orang Proaktif akan
melakukan STEP: Stop - Think - Evaluate - Proceed. Dan
sah-sah saja jika Anda memiliki metoda lain dalam berfikir, misalnya BRAIN: Benefit-Risk-Altenative-Instinc-No respone.
Di dalam melihat suatu hal, orang yang proaktif akan mengajukan pertanyaan: HOW dan WHAT yaitu berusaha mencari solusi, sedangkan orang yang reaktif akan mengajukan pertanyaan WHY, WHEN, dan WHO.
2. Mulai dengan Tujuan Akhir
Di dalam melihat suatu hal, orang yang proaktif akan mengajukan pertanyaan: HOW dan WHAT yaitu berusaha mencari solusi, sedangkan orang yang reaktif akan mengajukan pertanyaan WHY, WHEN, dan WHO.
2. Mulai dengan Tujuan Akhir
"Tolong
beritahu saya, jalan mana yang harus saya ambil?" Kata Alice"
Hal itu
tergantung kemana kamu kan pergi" Kata Kucing"
Saya tidak peduli
akan ke mana saya....". Kata Alice"
Kalau begitu,
tidak ada bedanya jalan manapun yang kamu ambil" kata Kucing
dari Petualangan
Alice di Negeri Ajaib
Tujuan akhir, VISI,
adalah sesuatu yang mendorong seseorang berbuat. Jika seseorang mempunyai
cita-cita yang tinggi tentunya ia akan bekerja lebih keras dan tekun daripada
orang yang mempunyai cita2 yang lebih rendah. Orang yang efektif akan mempunyai cita-cita yang tinggi, dan cita-cita tersebut dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan dan menjalani hidupnya. Orang yang tidak efektif akan menjalani hidup tanpa tujuan, menjalani hidup apa adanya, mengikuti kemana arus akan membawanya.
Sebagai seorang insan, kita hidup dengan banyak peran. Sebagai individu yang bertanggung jawab kepada dairi sendiri, sebagai Ayah/Ibu, kepala keluarga, professional, atau pengusaha. Masing-masing peran tersebut menuntut kompetensi yang berbeda-beda, tentu saja akan mempunyai tujuan yang berbeda pula. Lalu, apa tujuan/keinginan kita untuk masing-masing peran tersebut? Apa yang ingin anak Anda katakan kepada Anda sebagai orang tua saat ulang tahun Anda yang terakhir? Anda yang tahu jawabannya.
3. Dahulukan yang
Utama
First think First. Ya, jika kita tidak mempunyai prioritas, maka kita akan menjadi terlihat sibuk namun tidak menghasilkan apa-apa, karena semuanya dikerjakan. Orang yang efektif akan mendahulukan hal-hal yang penting, sedangkan orang yang tidak efektif akan mendahulukan hal-hal yang mendesak, sehingga akan senantiasa merasa dikejar2 waktu. Tentu saja ini akan menjadi beban mental (stress) jika terjadi berkepanjangan.
First think First. Ya, jika kita tidak mempunyai prioritas, maka kita akan menjadi terlihat sibuk namun tidak menghasilkan apa-apa, karena semuanya dikerjakan. Orang yang efektif akan mendahulukan hal-hal yang penting, sedangkan orang yang tidak efektif akan mendahulukan hal-hal yang mendesak, sehingga akan senantiasa merasa dikejar2 waktu. Tentu saja ini akan menjadi beban mental (stress) jika terjadi berkepanjangan.
Selayaknya apa yang kita
kerjakan didasarkan pada skala prioritas. Mana yang paling efektif dikerjakan
dulu, baru berfikir efisiensi. Sudah tentu, pedoman untuk bisa memilih mana yang
harus didahulukan adalah kita harus mempunyai tujuan akhir dahulu.
Orang yang efektif akan
berusaha mengurangi pekerjaan yang urgent (penting & mendesak) dengan
mengerjakan hal-hal yang penting namun tidak mendesak. Jadi, silahkan buat rencana mingguan Anda.
Jika kita mengerjakan tiga
sikap ini secara konsisten, kita akan menjadi pribadi yang mandiri, efektif
secara individu. Dengan menjadi pribadi yang mandiri, maka kita layak menjadi
seorang individu yang layak dipercaya karena komitmen kita, atau dalam
istilah Covey adalah mendapat Kemenangan Pribadi
4. Berfikir
Menang-menang
Kebiasaan ini membawa kita kembali untuk melihat mindset kita. Bagaimana kita bisa senantiasa berfikir menang-menang dalam berhubungan dengan orang lain. Untuk bisa berhubungan menang menang, inisiatif bisa datang dari salah satu atau kedua orang yang berhubungan. Untuk bisa melakukan tindakan ini, kita tidak hanya membutuhkan tenggang rasa yang tinggi, tapi juga keberanian yang tinggi dari diri kita.
Kebiasaan ini membawa kita kembali untuk melihat mindset kita. Bagaimana kita bisa senantiasa berfikir menang-menang dalam berhubungan dengan orang lain. Untuk bisa berhubungan menang menang, inisiatif bisa datang dari salah satu atau kedua orang yang berhubungan. Untuk bisa melakukan tindakan ini, kita tidak hanya membutuhkan tenggang rasa yang tinggi, tapi juga keberanian yang tinggi dari diri kita.
Untuk bisa melakukan sikap ini, kita harus sadar
bahwa apa yang ada di dunia ini melimpah bagi setiap orang dan berlimpah untuk
dibagi. Jadi, selama kita merasa bahwa sesuatu jumlahnya terbatas, maka kita
akan sulit berinisiatif melakukan kebiasaan menang-menang.
Sebagai prinsip dari sikap ini adalah bahwa hubungan jangka panjang yang efektif membutuhkan
saling menghargai dan manfaat bersama.
Dalam berhubungan dengan orang lain, pasti kita berkomunikasi dengannya. Nah, supaya komunikasi kita menjadi lebih efektif biasakanlah berkomunikasi dengan empati, kelihatannya akan memakan waktu yang lama, namun sebetulnya akan lebih efektif daripada kita berkomunikasi dengan cara lain, adu argumen misalnya.
Paradigma orang yang efektif adalah bahwa ia mendengarkan untuk memahami, sedangkan orang yang tidak efektif mendengarkan untuk menjawab.
6. Sinergi
Akhirnya setelah kita bisa menjadi seorang individu yang mandiri (karena efektif secara individu), dan kita bisa berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain dengan baik dengan berfikir menang-menang dan berkomunikasi dengan empati, kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan kita dan orang lain.
Akhirnya setelah kita bisa menjadi seorang individu yang mandiri (karena efektif secara individu), dan kita bisa berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain dengan baik dengan berfikir menang-menang dan berkomunikasi dengan empati, kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan kita dan orang lain.
Orang yang efektif berfikir
bahwa dengan bersama-sama akan mencapai tujuan yang lebih baik, sedangkan orang
yang tidak efektif akan memaksa orang lain untuk mengikuti caranya, atau dengan
kompromi.
Akhirnya, dengan tambahan tiga sikap ini (sikap 4-5-6), kita akan menjadi seorang individu yang dipercaya oleh orang lain karena kita bisa mengambil hati orang lain.
Akhirnya, dengan tambahan tiga sikap ini (sikap 4-5-6), kita akan menjadi seorang individu yang dipercaya oleh orang lain karena kita bisa mengambil hati orang lain.
Dan agar kita menjadi individu yang efektif, ditutup denga kebiasaan terakhir:
7. Asahlah Gergaji
Inti dari kebiasaan yang terakhir adalah kita senantiasa mengembangkan kemampuan kita dari segi Fisik, Mental/Pikiran, Sosial/Emosional, dan Spiritual.
Inti dari kebiasaan yang terakhir adalah kita senantiasa mengembangkan kemampuan kita dari segi Fisik, Mental/Pikiran, Sosial/Emosional, dan Spiritual.
- Fisik: Olahraga, makan, dan istirahat seimbang dan manajemen stress yang baik.
- Mental: Membaca, menulis, belajar, dan meneliti.
- Sosial/Emosional: Membangun hubungan yang baik dengan orang lain, menjaga EQ kita.
- Spiritual: melayani,meditasi, berdoa, ibadah, mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
No comments:
Post a Comment