Bukan basa-basi untuk mengatakan, bahwa dunia berkabung ketika Ali Alatas wafat belum lama ini. Beliau adalah diplomat cemerlang yang memiliki sentuhan diplomasi yang luar biasa. Kemampuan artikulasi, negosiasi dan rekonsiliasi yang dipamerkannya dalam medan politik sama dengan yang dipertunjukkan Cesc Fabregas di lapangan sepakbola. Indonesia beruntung pernah mempunyai Menteri Luar Negeri dengan kelas dunia. Hanya satu hal yang menghambat Ali Alatas untuk tidak menjadi pemimpin diplomasi internasional sebagai Sekjen PBB, yaitu bahwa pemerintah yang diwakilinya selama karirnya bukanlah pemerintah yang menjunjung tinggi cita-cita manusia sedunia.
Karena itu ketika ada wartawan yang bertanya: "Apakah kita akan punya lagi seorang Ali Alatas?" maka jawabannya adalah: "Tidak tahu, tapi kita tidak perlu lagi seorang Ali Alatas." Kehebatan beliau sangat diperlukan dalam suasana dunia masa lalu, pemerintah negara Indonesia masa lalu. Sekarang sudah berubah, dan masa depan kita perlu seorang Menteri Luar Negeri model lain. Apa perbedaannya dunia Ali Alatas dan dunia tahun 2009 ke depan? Paling sedikit ada dua perbedaan besar.
Dunia masa lalu ditandai dengan karakteristik "bipolar" dimana dunia terbagi atas dua kutub, Barat dan Timur. Indonesia mencoba menempatkan diri dalam barisan "Non-Aligned", walaupun hanya dalam peristilahan. Dalam kenyataannya Indonesia berada sebagai pengikut Blok anti-komunis, kapitalis dan internasional. Tetapi dalam kenyataan di negeri sendiri, pemerintah Suharto menempatkan Indonesia sebagai negara otoriter dimana ekonomi dikuasai kekuasaan negara dengan pandangan dunia yang diwarnai nasionalisme sempit bahkan xenophobia, takut pada dunia luar.
Kita tidak perlu seorang Menteri Luar Negeri, apalagi seorang Presiden, yang berspesialisasi untuk berkiprah dalam dunia yang terbelah dua dan tidak menginginkan pula pemimpin yang meneruskan sikap nasionalisme sempit. Kita perlu seorang Presiden yang mampu menghadapi dunia baru, di luar dan di dalam negeri. Sentuhan pemimpin yang diperlukan ini bukan hanya diplomasi, tapi komunikasi.
Dengan bebasnya hak politik orang Indonesia dan semaraknya media menyediakan fasilitas akses lansung antara pemilih dan calon pemimpin, maka secara sederhana bisa dikatakan bahwa faktor kemenangan calon presiden di tahun 2009 adalah 60 persen komunikasi dan 40 persen organisasi. Komunikasi juga disebut sebagai public relations dan organisasi secara populer disebut sebagai "mesin politik." Kalau mau latihan matematika sederhana, SBY bisa menang di tahun 2004 karena dia efektif dalam komunikasi (katakanlah mencapai 50%) dan punya dukungan terorganisir sedikit katakanlah 10%. Hitungan ilustratif ini menghasilkan mayoritas 60% sedangkan efektivitas komunikasi Megawati hanya 20%. Walaupun dengan organisasi yang lebih baik katakanlah 20%, dia hanya mencapai 40%.
Beda sekali dengan faktor sukses politik di jaman Suharto yang boleh dikatakan tergantung 90% pada mesin politik Suharto/Golkar dan sisanya untuk komunikasi tinggal 10%. Itupun seluruhnya untuk komunikasi kepada Suharto dan perantaranya. Pimpinan politik tidak perlu nyambung ke rakyat, karena yang diperlukan hanya kemampuan nyambung ke Suharto. Sekarang, untuk tampil jadi pemimpin, orang tidak perlu "nyambung" ke Presiden. Yang perlu kedekatan pada Presiden hanya orang yang ingin memanfaatkan fasilitas perlindungannya untuk kepentingan bisnis. Dan kita sedang menyaksikan bahwa bisnis yang menggunakan perlindungan Presiden tetap akan tenggelam dalam krisis ekonomi, karena menghadapi pasar bebas selama ada orang yang menjaga keutuhan pasar.
Hendrik Hertzberg menulis dalam majalah "The New Yorker" bahwa dengan terpilihnya Barack Husein Obama, Amerika menunjukkan kembali kemampuannya untuk membuat surprise dan inspirasi bagi dirinya dan bagi dunia. Seperti "passing" Cesc Fabregas yang seakan dipandu oleh sinar laser dalam ketepatannya, Obama mampu mengajak negaranya keluar dari situasi terjepit melalui terobosan yang tepat. Apakah nanti Amerika dan dunia akan berhasil menerima inisiatif dan inspirasi Obama, tergantung pemain politik lain. Sama dengan apakah umpan terobosan Fabregas bisa diterima dengan baik oleh striker Arsenal.
Paling tidak, sejarah telah tercipta dalam pemilihan Presiden Amerika 2008. Barack Obama telah membawa Partai Demokrat pada mayoritas kemenangan terbesar sejak kemanangan Lyndon Baines Johnson di tahun 1964. Obama melebihi John Kerry dalam hampir semua kategori di tahu 2004: kaum kulit hitam dan juga kulit putih, kaum liberal tapi juga konservatif, wanita tapi juga pria. Ia menang di kalangan Latino, golongan miskin dan superkaya, Katolik dan awam, dan kalangan yang paling berkepentingan terhadap masa depan yang lebih baik, yaitu generasi muda dan orang tua yang masih membesarkan anak di rumah.
Mau tidak mau, Amerika serasa menghadapi dunia baru. Di Indonesia, umpan terobosan yang membuka dunia baru terjadi pada than 1998. Sebetulnya yang memberikan umpan terobosan itu bukan saja mahasiswa dan reformis, tapi Presiden Suharto. Kalau ada jasa Suharto yang paling depan, maka itu adalah keputusannya untuk mengundurkan diri dengan damai. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi andaikara Suharto membawa Indonesia dalam pertumpahan darah. Memang, tidak ada yang berhasil menerima umpan terobosan Suharto. Tidak Wiranto, tidak Prabowo, dan juga tidak tokoh reformis dan pemimpin partai. Bola dari Suharto lepas dan menggelinding kian kemari selama sepuluh tahun.
Orang malah hampir tidak sadar, bahwa Indonesia sudah bisa meneruskan permainan kenegaraan dengan cantik dengan menangkap bola lepas ini dalam cengkeraman sistem demokrasi. Semua perangkat formal sudah ada, tinggal memanfaatkannya dengan cerdas. Sekarang kita tidak perlu lagi menunggu umpan terobosan dari pemimpin, sebab sistem demokrasi memberikan umpan setiap lima tahun. Kesempatan berikutnya ada di tahun 2009.
Sekarang pers sedang rajin membahas dimana Obama sebaiknya memberikan pidato besar kebijaksanan Amerika mengenai politik Islam dunia. Beberapa calon tempat pilihan disebut: Mesir, Turki, Qatar. Tapi ada yang menyebut Indonesia sebagai negara paling tepat untuk lokasi pidato itu, bukan saja karena itu tempat Obama dibesarkan selama empat tahun, tapi juga tempat dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia dimana dipraktekkan persamaan hak beragama, dan dimana sistem demokrasi dipraktekkan walaupun dengan agak kacau balau. Obama bisa memberikan umpan terobosan dan Indonesia akan ditantang untuk menerima umpan itu sebagai negara yang masuk sorotan pers dunia.
Hertzberg mengakhiri tulisannya dengan membayangkan apa yang akan kita lihat beberapa bulan lagi. Sebuah pesawat Boeing 747 warna biru-putih dengan logo "UNITED STATES OF AMERICA" akan mendarat di bandara Halim Perdanakusumah. Pintu akan terbuka dan kita menyaksikan dua orang melangkah keluar, Barack dan Michelle Obama.
Itu memang angan-angan. Dalam realitas, apakah Indonesia akan menciptakan sejarah dalam pemilihan Presiden Indonesia 2009? Apakah kita akan menghindari pilihan yang "gaya lama, itu-itu lagi", atau kita dapat memilih Presiden yang mencuri kejernihan dari kerancuan?
Jawabannya ada pada kita semua, sederhana saja: Gunakan hak pilih dalam Pemilu 2009. Sebab kalau hanya mengeluh dan berkomentar, sama saja dengan nonton Arsenal dari layar televisi. Dalam Pemilu 2009, kita sangat berhak untuk ikut main, bukan hanya nonton.
mudunpapat
21st February 2009, 04:42
Pd November 2008, National Inteligence Council (NIC) AS merilis Global
Trends 2025: " A Transformed World". Dokumen setebal 99 halaman yg
bersifat unclassified itu menyebut potensi Indonesia utk berperan penting pd
dekade mendatang, masa2 saat hegemoni AS dan Eropa menurun. Signifikansi
potensi Indonesia secara khusus dibandingkan dgn negara2 lain di kawasan yg
secara umum memiliki tingkat perekonomian lebih tinggi, spt singapura dan
malaysia. Singapura secara singkat disebut disebut sbg bentuk kapitalisme negara
(state capitalism) ,sementara malaysia dipandang sebagai negara yg produksi
sumber daya alamnya kian menipis.
Sebaliknya Indonesia dilukiskan sbg entitas yg kekuatan ekonomi dan politiknya diperkirakan kian meningkat. Menurut laporan itu dgn sumber daya alam berlimpah dan populasi besar, Indonesia bisa bangkit.
Syarat utamanya adalah kita memiliki pemimpin/presiden yg mempunyai kemampuan utk mengaktualisasikan potensi itu..!!!
Pemimpin yg mampu juga utk meletakkan pijakan awal utk implementasi strategi pengembangan ekonomi yg lebih berjangka panjang.
Siapakah diantara capres2 yg ada saat ini yg mampu melakukan itu?
presiden itu cuma 1 org, susah juga kalo menggantungkan harapan, tanpa tim yg tepat lak podo wae, SBY itu bagus menurut gw, tp kalo di belakangnya masih ada org kaya heru lelono, ya memble
Sebaliknya Indonesia dilukiskan sbg entitas yg kekuatan ekonomi dan politiknya diperkirakan kian meningkat. Menurut laporan itu dgn sumber daya alam berlimpah dan populasi besar, Indonesia bisa bangkit.
Syarat utamanya adalah kita memiliki pemimpin/presiden yg mempunyai kemampuan utk mengaktualisasikan potensi itu..!!!
Pemimpin yg mampu juga utk meletakkan pijakan awal utk implementasi strategi pengembangan ekonomi yg lebih berjangka panjang.
Siapakah diantara capres2 yg ada saat ini yg mampu melakukan itu?
presiden itu cuma 1 org, susah juga kalo menggantungkan harapan, tanpa tim yg tepat lak podo wae, SBY itu bagus menurut gw, tp kalo di belakangnya masih ada org kaya heru lelono, ya memble
14 pedoman hidup manusia.
1. Musuh terutama manusia adalah Diri Sendiri
2. Kegagalan terutama manusia adalah Kesombongan
3. Kebodohan terutama manusia adalah Sifat Menipu
4. Kesedihan terutama manusia adalah Rasa iri hati
5. Kesalahan terutama manusia adalah Mencampakkan dirinya
6. Dosa terutama manusia adalah Menipu diri dan orang lain.
7. Harta terutama manusia adalah Kesehatan
8. Sifat manusia yang terkasihani adalah Rendah diri
9. Sifat manusia yang paling dapat dipuji adalah Semangat keuletan
10. Kehancuran terbesar manusia adalah Rasa Keputusasaan
11. Hutang terbesar manusia adalah Hutang Budi
12. Kekurangan terbesar manusia adalah sifat Keluh Kesah dan tidak memiliki kebijaksanaan
13. Hadiah terbesar manusia adalah lapang dada dan mau memaafkan
14. Ketentraman dan kedamaian terutama manusia adalah Suka Berdana dan Beramal (berinfaq dan bersedekah)
2. Kegagalan terutama manusia adalah Kesombongan
3. Kebodohan terutama manusia adalah Sifat Menipu
4. Kesedihan terutama manusia adalah Rasa iri hati
5. Kesalahan terutama manusia adalah Mencampakkan dirinya
6. Dosa terutama manusia adalah Menipu diri dan orang lain.
7. Harta terutama manusia adalah Kesehatan
8. Sifat manusia yang terkasihani adalah Rendah diri
9. Sifat manusia yang paling dapat dipuji adalah Semangat keuletan
10. Kehancuran terbesar manusia adalah Rasa Keputusasaan
11. Hutang terbesar manusia adalah Hutang Budi
12. Kekurangan terbesar manusia adalah sifat Keluh Kesah dan tidak memiliki kebijaksanaan
13. Hadiah terbesar manusia adalah lapang dada dan mau memaafkan
14. Ketentraman dan kedamaian terutama manusia adalah Suka Berdana dan Beramal (berinfaq dan bersedekah)
No comments:
Post a Comment