Akibat krisis finansial yang memporak-porandakan perkonomian Amerika serikat yang terjadi baru-baru ini, banyak perusahaan-perusahaan besar di amerika colaps dan seperti efek domino, berpengaruh pula pada perusahaan-perusahan besar di eropa dan beberapa negara di asia. Banyak para pekerja di-PHK dan dirumahkan oleh perusahaan di mana tempat mereka bekerja dalam rangka pengurangan besarnya cost yang dipakai untuk membayar gaji para pekerjanya. Hal ini menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran yakni pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat. Sebutlah Toyota, perusahaan raksasa jepang di bidang otomotif, beberapa hari yang lalu mengumumkan akan merumahkan ribuan pekerjanya yang menimbulkan gelombang protes. Demikian juga IBM dan terkahir Volvo, perusahaan otomotif swedia yang sahamnya dikuasai Ford, akan merumahkan tidak kurang dari 2700 pekerjanya demi efiseinsi agar perusahaan bisa bertahan.
Bagaimana dengan Indonesia?
Meskipun digambar-gemborkan bahwa Indonesia tidak terlalu dipengaruhi oleh krisis global ini, kondisi ketenagakerjaan dan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia tidak lebih bagus dari kondisi negara-negara yang secara langsung terkena efek krisis global yang bermula dari Amerika serikat ini atau apabila dibandingkan dengan sebelum terjadinya krisis. Data dari depnakertrans menunjukkan bahwa sudah ada beberapa perusahaan yang mengajukan untuk mem-PHK dan merumahkan sekitar 33.000 karyawannya (sumber: gatra). Angka yang cukup besar dan akan menambah daftar antrian panjang pengangguran yang sebelumnya memang sudah besar.
Tingginya harga-harga barang semakin membuat keadaan semakin sulit terutama bagi masyarakat kecil dan terkena-PHK. Masyarakat dituntut untuk memutar otaknya agar bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Wiraswasta adalah jalan pilihan yang diambil sebagian anggota masyarakat. Akan tetapi permasalahan yang muncul berikutnya adalah masalah keahlian dan modal yang tidak ada. Banyak diantara mereka ingin memulai sebuah usaha, akan tetapi apa yang akan dikerjakan dan bagaimana memulainya terkadang menjadi kendala tersendiri, terlebih apabila sudah terbiasa bekerja di sebuah perusahaan dengan berpenghasilan tetap dan tidak ada jiwa entrepreneurship sedikitpun. Kendala yang lain yang sering dijumpai adalah modal. Banyak yang sudah mengambil jalan pilihan untuk berwiraswasta akan tetapi sering pula diantara mereka harus mengubur mimpinya ini karena modal yang tidak mencukupi atau bahkan tidak ada.
Peran pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan. Pemerintah menelorkan program bantuan khusus bagi para korban PHK, mungkin perlu kita apresiasi positif. Tinggal pelaksanaanya mungkin yang harus kita lihat dan pantau terus agar bisa terlaksana dengan baik, bukan hanya pembualan saja atau terlaksana akan tetapi tidak jelas sperti apa bahkan diselewengkan/dikorupsi.
Adalah Rudi, seorang teman saya, yang juga eks eksekutif sebuah bank swasta, memilih untuk berwiraswasta berjualan bakso di Ciparay kabupaten Bandung setelah terkena PHK. Kutipan dari liputan 6 SCTV:
Sebelum berjualan bakso, Rudi pernah mencoba pekerjaan baru. Namun tiga kali ia gagal. Rudi pun memilih berjualan bakso dari program khusus bantuan modal kerja bagi korban PHK.
..usaha warung bakso seperti Rudi pun bisa membuka lapangan kerja
baru dan mengurangi pengangguran.
Dana program bantuan modal kerja yang digelontorkan pemerintah untuk tahun depan sebesar Rp 14 triliun. Selain dari dana ini, para korban PHK diharapkan mempunyai semangat pantang menyerah dan pemikiran yang positif. Rudi dapat menjadi contoh teladan seorang yang pantang menyerah.
Setali tiga uang, bukan saja Rudi bisa berpenghasilan dan bisa memenuhi kebutuhan hidupya akan tetapi juga bisa memperkerjakan orang lain yang artinya turut juga dalam memecahkan masalah penganggura. (Lihat videonya disini, sewaktu dia diwawancarai tim liputan 6 SCTV).
Jadi kuncinya ulet, pantang menyerah, shabar dan tawakal ya Kang Rud
No comments:
Post a Comment