Amerika

Tuesday, October 8, 2013

Tak Berguna Pandai Tanpa Jujur dan Rajin




Dalam lingkungan pendidikan maupun tempat kerja setiap guru, atasan dan orangtua kita mengharapkan kita jadi anak yang pandai agar kelak bisa mendapatkan masa depan yang cerah dan bisa meraih asa yang kita impikan.
Dalam komponen kepandaian ada unsur kejujuran yang harus menjadi salah satu esensi pendamping kepandaian ini, karena jika kita pandai dan ahli, boleh dikata genius dan hebat jadi manusia, tetapi tidak punya kejujuran dalam diri dan jiwanya, ibarat bunga anggrek di pohon kelapa yang berperan sebagai gulma yang memakan sari pati pohon kelapa dan numpang di pohon kelapa untuk meneruskan hidupnya tanpa ada simbiosis mutualisma.
Sebab jika kita lihat misalnya suatu perusahaan atau organisasi yang mengutamakan dan memakai orang yang hanya punya kemampuan dan kepandaian serta skill tanpa kejujuran, perusahaan itu tidak akan untung karena si pandai ini lebih perhitungan antara dedikasi dan kemampuan dirinya, juga dengan tidak adanya kejujuran dalam diri si pandai bukan hal mustahil semua kegiatan tidak transparan.
Biasanya orang bodoh tidak masalah dalam dunia pendidikan atau pekerjaan, asal ada kemauan tekun untuk belajar dan menyesuaikan diri untuk bergabung dan melaksanakan tugasnya juga memahaminya, orang bodoh tetapi punya poin plus sikap kejujuran, kerajinan dan keuletan ada peluang untuk tetap dipertahankan oleh guru dosen atau bos kita.
Memang manusia tidak ada yang dilahirkan untuk menjadi bodoh karena semua sudah punya bakat alami untuk menjadi pandai tergantung manusia itu sendiri mau atau tidak belajar. Kemalasan dan perolehan kesempatan yang minimlah yang menggiring kepada kebodohan itu.
Mengapa orang bodoh tapi ulet, rajin dan jujur bisa dipertahankan? karena skill yang tidak dipunyai si bodoh bisa diasah dan seiring mendapat training, pendidikan juga pengalaman dengan sendirinya si bodoh akan jadi pandai dan sikap jujur, rajin dan ulet yang sudah mengisi jiwanya akan mendampingi kepandaiannya.
Dibanding si pandai yang tidak punya sifat jujur, rajin dan ulet yang hanya akan mengedepankan egois dan merasa tinggi dirinya.
Contohnya bukan tidak mungkin di suatu kebun anggur ada tenaga ahli dengan full skill ,disaat kebun anggur itu berantakan si pandai tidak peduli yang penting sudah meneliti dan kasih sesuatu agar anggur itu berbuah lebat dan ranum sementara kebun dibiarkan banyak sampah dan acak acakan.
SEBARKAN SENYUM, PELAKU KEKERASAN LULUH


Kapan dan bagaimana perilaku kekerasan itu tumbuh dan terus berkembang biak dari satu generasi ke generasi berikutnya amat sulit ditentukan dan dijelaskan.
Yang pasti tindak kekerasan itu setua kehadiran manusia di muka bumi ini. Perilaku kekerasan adalah buah kelakuan manusia yang tak terkontrol, merugikan sesama, kejam, beringas dan sesuai dengan kiat Machiaveli yakni homo homini lupus; manusia menjadi serigala bagi sesamanya.

Di samping itu, untuk memahami tumbuh-kembangnya perilaku kekerasan itu, kita tak bisa meneropongnya dari satu aspek saja seperti pengaruh lingkungan sosial atau pendidikan karena ada multi aspek yang mendukung terciptanya kekerasan itu sendiri. Umumnya, masyarakat cenderung mengutuki individu yang melakukan kekerasan seperti penganiayaan, penyiksaan, pemerkosaan dan yang paling sadis berakhir dengan pembunuhan. Pelaku kekerasan sulit diterima kembali sebagai sesama manusia dalam lingkungan sosial setelah menjalani masa hukumannya akibat perasaan traumatik yang terlanjur tumbuh di benak masyarakat apalagi korban dan saksi mata.

Trend sosial ‘memenjarakan pelaku kekerasan’ dari pergaulan bersama dinilai oleh spiritualis Prabu Darmayasa sebagai sikap batin yang keliru dan fatal. Alasannya, kekerasan itu adalah masalah bersama bukan masalah individu. Kemudian, salah satu faktor penyebabnya adalah getaran negatif yang ada dalam udara. Siapa saja yang tak mampu menyaring getaran negatif tersebut akan terjerumus dalam perilaku kejahatan, kebrutalan dan iri hati yang merupakan wajah kekerasan itu sendiri. Prabu Darmayasa yang bertahun-tahun berguru pada yogi kenamaan India, Shri Kamal Kishore Goswami Ji Maharaj (63) membeberkan tindakan apa saja yang perlu dilakukan sebagai langkah antisipatif. Berikut petikan tanya ikutilah wawancara berikut ini.

Perilaku kekerasan belakangan ini kian meningkat seperti perampokan dan aksi teror yang menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Apa yang menjadi latar belakang merebaknya fenomena kekerasan di Indonesia?

Kekerasan bisa menimpa siapa saja. Ada banyak faktor penyebab kekerasan. Pertama, pengaruh lingkungan dan keluarga. Kekerasan yang dilakukan orangtua cenderung diikuti anak-anaknya. Kedua, pengaruh pendidikan yang hanya menitikberatkan pada otak tetapi lupa penanaman budi pekerti, maka pendidikan itu akan gagal. Ketiga, adanya getaran-getaran tidak baik berasal dari kekuatan jahat yang berkeliaran di sekitar kita. Siapa saja yang bepergian ke mana saja kalau tidak ada persiapan diri terlebih dahulu akan mudah dipengaruhi dan dirasuki berbagai getaran negatif tersebut.

Dari mana berbagai getaran negatif itu muncul?

Sebenarnya getaran-getaran kurang bagus itu berasal dari kekuatan negatif yang ada di sekitar kita. Perlu diketahui, kekuatan buruk itu ada tingkatannya. Kekuatan itu masuk lewat kepala dan mempengaruhi kelakuan seseorang. Yang paling berbahaya adalah kekuatan buruk yang langsung menjadikan seseorang ahli dalam mengadu-domba sesama. Hanya orang-orang bijak yang memiliki pandangan batin bisa melihatnya dengan jelas.

Langkah apa yang perlu dilakukan untuk melawan kecenderungan aksi bergaya premanis itu?

Menurut saya, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi kekuatan-kekuatan buruk adalah lewat meditasi. Sayangnya, ada orang yang batinnya lemah dan membiarkan dirinya dikuasi kekuatan jahat. Memang, pada mulanya berbagai kekuatan jahat nampaknya bersifat positif sehingga orang menyangka berguna untuk hidupnya. Namun ia terkecoh karena kekuatan itu secara perlahan membuatnya menjadi sombong. Ia mulai berpikir, akulah yang terkuat dan terhebat. Padahal, sebenarnya mereka orang yang rendah dan tak beriman.

Sejauh mana korelasi meditasi dan cinta kasih?

Meditasi jalan menumbuhkan dan mempertajam cinta kasih. Dalam ajaran yoga disebut yogos artinya tinggallah di dalam yoga itu sendiri. Dia tidak akan tersentuh oleh rasa iri dan nafsu yang membuat dirinya terjatuh dalam kekerasan. Ia mampu melihat kebaikan orang tanpa membeda-bedakan suku dan agama. Ia melihat sesamanya sebagai insan ciptaan Tuhan. Orang yang sudah tetap di dalam yoga akan memiliki cinta kasih. Ia berusaha menyempurnakan dirinya sendiri karena menyadari dirinyalah persembahan utuh bagi sesama. Dirinya adalah barang yang diberikan kepada orang lain.

Mampukah meditasi bisa merubah seseorang yang berprilaku brutal?

Ya. Karena itulah saya ada rencana untuk mengajarkan teknik meditasi yang benar dan tepat kepada orang-orang yang meringkuk di penjara. Sudah ada orang yang mengajak saya untuk membimbing para nara pidana agar dapat menemukan jati dirinya kembali.

Apakah ajakan itu karena ia melihat figur Anda sebagai tokoh spiritual yang memiliki kemampuan lebih untuk mengubah perilaku buruk seseorang?

Saya harus menekankan di sini bahwa saya bukan figur utama. Perlu digarisbawahi bahwa Tuhan adalah figur utama yang memberikan power (kekuatan –Red) bagi kita. Dalam peristiwa ini saya menggunakan power Tuhan. Tanpa power Tuhan tidak mungkin kita bisa membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam power Tuhan tidak ada hal yang mustahil. Segala sesuatu itu mungkin bagi Tuhan. Saya punya pengalaman di London, Inggris. Pernah ada seorang menderita lumpuh namun kemudian saya bantu lewat meditasi, akhirnya seminggu kemudian sembuh. Saya tetap berpendapat yang berperan di sini adalah kuasa, kehendak dan cinta kasih Tuhan. Saya hanya perantara. Memang saya diberi banyak gelar tetapi semuanya itu tidak saya pakai. Saya lebih senang dipanggil Pak Darmayasa saja. Yang lebih penting di sini adalah kalau orang mau ikut meditasi. Karena lewat meditasi, orang dibimbing dan diarahkan untuk bertemu Tuhan.

Banyak orang mengetahui tentang pentingnya meditasi, tetapi malas menerapkannya. Apakah ada kiat khusus?

Cara efektif membangkitkan minat meditasi yakni harus ada orang yang mengkoordinir mereka untuk melakukan meditasi bersama. Dengan adanya koordinir tersebut, orang terpaksa mau ikut. Nah, dari kebersamaan itu muncul tambahan semangat dan perlahan-lahan rasa malas itu terusir. Pada umumnya kita semua malas sebab kita sendiri memiliki kekuatan yang kecil tetapi kalau kita bersama-sama melakukan meditasi maka ada kekuatan lebih yang kita miliki. Hal inilah yang perlu kita kembangkan. Ingat, bersatu kita teguh. Demikian juga dalam kehidupan bernegara. Kalau kita cuma memikirkan kelompok sendiri maka saat itu kita akan gagal. Sebaliknya kalau kita memikirkan kebersamaan bahwa kita berasal dari berbagai suku, etnis, golongan, kebudayaan dan agama maka akan timbul perasaan persatuan. Sebaliknya kalau kita menonjolkan perbedaan maka akan timbul perpecahan.

Apakah kegiatan meditasi efektif menyatukan orang yang berbeda suku, budaya dan agama?

Untuk memupuk persatuan, saya kira kita harus memantapkan dulu diri sendiri. Kalau diri kita sudah mantap dan matang maka kita tidak mudah iri atau berlaku tamak melihat kelebihan orang lain. Juga kita tidak menjadi sombong ketika memiliki keunggulan tertentu. Intinya, kita perlu memperkuat uniti lewat dan melalui meditasi sesudah itu kita membangun unitas atau persatuan. Tanpa uniti tidak ada unitas. Dalam meditasi, seseorang mau masuk ke dalam dirinya dan belajar mengenal dirinya sendiri. Ia akan insaf ketika menyadari berbagai kelemahan dirinya. Hasilnya, ia akan menjadi tenang, penuh kedamaian dan diselimuti kasih. Seseorang yang makin maju dalam meditasi akan lebih melihat kebaikan yang ada dalam diri orang lain. Sebaliknya, orang yang belum matang dalam meditasi cenderung membanggakan kehebatan dirinya.

Bisakah meditasi meluluhkan hati orang yang keras dan brutal?

Kuncinya adalah cinta kasih. Cinta kasih itu diperoleh lewat dan dalam meditasi. Sebarlah cinta kasih maka hati orang sekeras apapun akan luluh dengan sendirinya. Saya punya dua pengalaman konkrit. Suatu ketika di India, saya menabrak mobil orang yang berhenti mendadak. Pemilik mobil itu berbadan besar dan galak. Ia mendatangi saya dengan wajah beringas. Saya cuma senyum. Eh dia juga akhirnya tersenyum. Juga pernah mobil saya dilewati sebuah sedan yang berkecepatan tinggi. Kaca spionnya kena badan mobil saya dan langsung pecah. Pemilik mobil itu mendatangi saya dengan penuh amarah. Saya menyodorkan tangan berkenalan dan mengajaknya pesiar ke Bali. Ternyata orang itu perpangkat Laksamana Madya. Akhirnya kami berteman akrab hingga sekarang. Itulah contoh nyata, kapan kita harus menyebarkan kasih dan memberikan senyum persahabatan. Orang tidak akan galak terhadap kita.

Ada preman yang bertobat setelah ikut meditasi yang dipelopori sebuah kelompok spiritual tetapi wajah para preman tidak menunjukan kegembiraan. Sebenarnya peristiwa apa yang terjadi dalam hal ini?

Saya kira ada dua hal. Pertama, para preman itu tidak sungguh-sungguh berbalik dari kehidupan gelap mereka. Mereka sedang ada problem yang belum terselesaikan. Memang minat spiritualnya sudah dibangkitkan tetapi mereka belum menemukan cara untuk menyelesaikan problem praktis sedangkan mereka sudah ingin maju dalam jalan spiritualnya.
Kedua, ada kelompok meditasi gadungan. Ada roh-roh biasa yang semula dikira roh baik lalu disembah dan diikuti. Contohnya, ada orang diberi keris, batu permata dan kekuatan untuk mengobati orang lain. Orang yang kurang berhati-hati lantas berpikir kehebatannya itu berasal dari Tuhan. Padahal pemberian itu menyesatkan orang tersebut. Tuhan itu tidak semurah itu.

Adakah ciri-ciri lahiriahnya?

Ya, yang paling mudah bagi kita untuk menerkanya adalah melihat cara hidupnya, bagaimana tutur katanya, pergaulannya, pemikirannya dan apa makanannya. Kita tak bisa ditipu. Cara lain adalah lewat foto aura. Banyak paranormal sekarang ini yang menolak difoto auranya. Karena mereka takut pantatnya (kedoknya –Red) terlihat. Sebab dalam foto aura, kita akan melihat dengan jelas seseorang yang masih dinaungi keinginan duniawi diliputi sinar merah menyala karena komplikasi keinginan. Mereka itu belum mengerti apa itu dunia spiritual sehingga terperangkap menjadi tuhan kecil, seperti kebal, bisa makan beling dan sebagainya. Mereka melihat dirinya sebagai pusat dan lupa bahwa tujuan utama spiritual adalah ketenangan di dalam Tuhan. Kita harus menyeberangi kekuatan-kekuatan tersebut kalau mau sampai kepada Tuhan.

No comments:

Post a Comment