Amerika

Sunday, October 6, 2013

Mendongkrak Kekayaan





Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar pula penghasilan yang bakal diperoleh. Bagaimana kiat memuluskan karier di tempat kerja?

Arief tak habis pikir tentang nasibnya di kantor. Dunia pekerjaan seakan memu­suhi dirinya. Apalagi bila ia berkaca pada rekan seja­wat­nya, Dody. Sohibnya satu angkatan semasa kuliah dulu, dan sama-sama memulai karier di perusahaan yang sama, kini sudah menyandang jabatan senior manager. Sementara dirinya, masih saja bergelar supervisor.

Padahal, menurut Arief ketika masih di bangku kuliah tidak ada yang terlalu isti­me­wa pada Dody. Sebaliknya, Arief terma­suk mahasiswa berotak cemerlang di kelompok­nya. Ketika diterima bekerja di grup usaha yang sama, keduanya ditempatkan di divisi yang berbeda. Arief di departemen pema­saran komponen otomotif, sementara Dody di divisi penjualan sepeda motor. Pria berkacamata itu kerap mendapat promosi dari atasannya hampir tiap dua tahun sekali.

Perbedaan jabatan otomatis membuat kesenjangan ekonomi diantara keduanya tampak nyata. Dody selalu berangkat ke tempat kerja diantar Kijang Innova fasilitas kantor dari rumah barunya di kawasan Kelapa Gading. Kendaraan pribadinya, Toyota Camry kini dipakai sang istri. Sementara Arief masih tetap menggunakan sedan keluaran tahun 1990 yang sudah ia guna­kan sejak di bangku kuliah. Iapun masih menempati rumah lamanya di daerah Bekasi.

Menurut pakar SDM (sumber daya manusia), Sonny Vinn, kasus seperti Arief dan Dody sering dijumpai di bebe­rapa perusahaan. “Sebenarnya ada bebe­rapa cara untuk menjual diri ke peru­sahaan, dan itu bisa dirancang dari awal mulai bekerja,â€
 ungkapnya.

Mulai sejak saat melamar pekerjaan. Ada beberapa hal yang terkadang tidak disadari oleh banyak orang, yang bisa mem­pengaruhi pandangan suatu peru­sahaan terhadap pelamar. Riwayat hidup atau curriculum vitae (CV) mempu­nyai peran penting untuk meningkatkan karier.

Jika kebanyakan pelamar menggunakan kertas putih untuk menuliskan riwayat hi­dup­nya, Sonny menyarankan hal yang berbeda. “Gunakan kertas berwarna,â€
 ung­kap­­nya. Kertas berwarna otomatis akan menarik perhatian di antara kertas berwarna putih.

Hal kedua yaitu mengenai penulisan. Menurut Sonny, prestasi yang biasa saja bisa dijadikan lebih menjual dengan metode pe­nulisan yang tepat.
Misalnya, nilai ‘A’ di mata kuliah marketing management, dapat ditulis ‘The Best Student in Marketing Management Subject’. Itu dapat dibenarkan karena biasa­nya nilai ‘A’ merupakan nilai tertinggi dalam suatu mata pelajaran, walau­pun ada beberapa orang yang mendapat nilai sama.

Cara ketiga, yaitu dengan meminta referen­si dari orang-orang yang namanya sudah dikenal umum. Referensi tersebut, menurut Sonny, menjadi nilai tambah bagi diri kita untuk bisa diterima di suatu pe­ru­sahaan. “Sama saja kalau saya me­nulis buku, saya akan masukan testimony dari beberapa orang. Itu sebenarnya strategi untuk menjual,” akunya.

Kembali ke dunia pekerjaan. Setiap profesi pasti mempunyai tingkat kesu­litan masing-masing. Itulah mengapa sese­o­rang dapat merasa kariernya man­dek, ketika mulai meng­hadapi kesulitan ter­ten­tu. Apalagi, bila terjadi persaingan dengan rekan sejawat, seperti yang dialami Arief.

Ada empat kondisi yang bisa dijadi­kan patokan dalam mencari tahu apa sebab karier seseorang jalan di tempat. Per­tama, orang yang tepat di tempat yang tepat, orang yang tepat di tempat yang salah, orang yang salah di tempat yang tepat, atau orang yang salah di tempat yang salah. “Sebagian besar orang akan berkata bahwa dia adalah orang yang tepat di tempat yang salah, karena sedikit o­rang yang mau mengakui kesalahan,â€
 tutur Sonny Vinn.

Dia lebih suka kalau ada orang yang berani mengaku bahwa dirinya adalah o­rang yang salah di tempat yang benar. Dengan begitu, masih ada kemauan dari dalam diri untuk memperbaiki kiner­ja. Karena, menurut Sonny, tempat yang tepat itu hampir tidak ada. Tempat yang tepat bisa ditemui ketika kita sudah merasa cocok dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.

Namun, tidak semua kesalahan berasal dari diri yang bersangkutan. Bisa juga faktor internal perusahaan. “Di Indonesia tidak dapat dipungkiri, faktor like and dislike dari atasan mempe­ngaruhi karier seseorang,â€
 jelas Sonny. Itulah mengapa, dikenal istilah ‘menjilat’ di kalangan pekerja kantoran. Sonny sendiri kurang menyukai istilah itu. Ia lebih suka bila seseorang dianggap bisa akrab kepada atasan, bukannya ‘menjilat’.

Solusi yang bisa dilakukan adalah, lagi-lagi, introspeksi diri. Berani menga­kui dirinya salah akan lebih mudah untuk memperbaiki. Kalau orang yang merasa prestasinya mentok dan tidak naik-naik, ada beberapa kemung­kinan. Pertama, perusahaan itu adalah perusa­haan kelu­arga. Sehingga, posisi tinggi kemungkinan akan dipegang kalangan dekat keluarga pendiri. Yang kedua, perlu ditanyakan apa­kah kemampuan sang pekerja sudah mak­simal? Tanyakan kepada diri sendiri. Ketiga dan paling mendasar lanjut Sonny, apakah seseorang mencintai pekerjaannya.

Kiat dari Sonny, untuk meningkatkan karier secara benar, pertama jangan per­nah berhenti untuk mengembangkan ke­mam­puan diri dalam hal manajerial dan ko­munikasi. Kedua, belajar dari orang yang sudah berada di level atas, yaitu posisi yang diharapkan. Ketiga, selalu membaca pelu­ang-peluang yang ada di lingkungan kerja.

Perencanaan Keuangan                

Peningkatan karier, secara otomatis, menurut perencana keuangan Moham­mad Ichsan, akan mendongkrak pengha­silan. Semakin tinggi penghasilan seseo­rang, semakin dibutuhkan peren­canaan keuangan yang baik. Karena, menurutnya, seiring dengan naiknya jabatan dan gaji, pengeluaran biasanya membengkak. “Tidak bisa dipungkiri.


Hal itu terjadi karena adanya budaya gengsi yang terlanjur tumbuh di ling­kungan masyarakat Indonesia. Misalnya, yang dulunya seorang supervisor, biasa naik mobil jenis minibus. Ketika jadi manajer, rasa gengsi mulai muncul yang akhirnya mendorong si manajer baru un­tuk mengganti minibus­nya dengan mobil jenis sedan keluaran terbaru. Akhirnya, ungkap Ichsan, itu berdampak secara langsung memper­besar pengeluaran.

Perencanaan keuangan baru bisa dijalankan ketika kenaikan jabatan sudah di tangan. Dengan begitu, dibutuhkan penyesuaian pengelolaan keuangan seiring dengan meningkatnya pendapa­tan. “Bu­kan ke arah bagaimana cara me­ning­katkan karier, tapi lebih ke bagai­mana bisa menge­lola income yang diterima secara lebih maksimal

No comments:

Post a Comment