|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
SEMUA kita tahu, Mohammad Hatta seorang berwatak
jujur dan disiplin, seorang Muslim yang saleh, seorang negarawan yang
demokrat, seorang ekonom yang berideologi kerakyatan. Kepadanyalah Bung Hatta bertanya dengan kritis tentang
pemahaman tauhid dan akidah yang tidak masuk akalnya tapi diyakini
masyarakat pada umumnya. Misalnya tentang keberadaan Tuhan di langit ketujuh dan perintahnya dilayani oleh malaikat dan bidadari.
Meskipun tidak menganut ajaran tarekat, Bung Hatta menjadi Muslim yang
saleh demi menghormati predikat moyangnya yang ulama terkemuka itu, di
samping keyakinannya sendiri tentang agama yang dianutnya.o Marah jelas tidak dipakai oleh penduduk asli Minangkabau dari tanah darat, yaitu tanah asal Minangkabau.
Menurut Prof AR Sjahrial, salah seorang keponakan Bung Hatta yang kini
menetap di Padang, Pak Gaek Bung Hatta itu berasal dari Rao. Yaitu suatu nagari dekat perbatasan utara Sumatera Barat.
Yang menurut antropologi Minangkabau termasuk daerah rantau yang
menjadi daerah tempat pertemuan dan pembauran aneka suku bangsa.
Demikian juga halnya jika melihat rumah tempat Bung Hatta dilahirkan di
Bukitinggi yang bergaya lazimnya di wilayah rantau pesisir.
Juga menurut informasi dari Prof Sjahrial, bahwa nenek dari ibunda Bung
Hatta disebut oleh anak-cucunya dengan panggilan Nenek Jawa.
Seorang perempuan dari Jawa, tapi tidak pernah mau mengisahkan dari
mana dia datang dan siapa namanya yang sebenarnya, serta siapa bapak
anaknya.Konon, bila ditemukannya sesuatu perlakuan pemerintah
yang tak menyenangkan, dia akan datang ke Kantor Asisten Residen yang
Belanda untuk menyatakan protes. Bila keluar rumah, di pinggangnya selalu terselip pistol kecil.
Demikian pula bila dia mengantarkan Bung Hatta kecil pergi mengaji di
sore hari ke surau Syekh Djamil Djambek yang berjarak hampir satu kilo
meter dari rumahnya.Menurut Dr Meutia Hatta Swasono, putri tertua Bung
Hatta, Pak Gaek yang pengusaha angkutan pos, sangat menuntut kerja
tepat waktu, menyiapkan perangkat pendukung seperti petugas dan kuda
harus bersih dan sehat, serta menuntut perawatan yang prima setiap hari.
Apalagi mengingat rute perjalanan dari Bukittinggi ke Lubuk Sikaping
melalui hutan belantara serta melewati bekas lokasi Perang Padri yang
belum begitu lama usai.
Pengalaman hidup sedari kecil di rumah tangga demikian dan ditambah
oleh sikap Mak Gaeknya yang nyinyir dalam memelihara aturan dan
kemudian disiplin yang berlaku pada sekolah seperti HIS dan MULO,
sangat kuat membentuk sikap mental Bung Hatta sebagaimana yang dikenal.Organisasi Syarikat Usaha merupakan perserikatan
orang-orang yang berusaha bersama atau bekerja sama, selain sesuai
dengan pola budaya Minangkabau, juga sangat dibutuhkan oleh rakyat yang
ingin bangkit dari dominasi sistem ekonomi yang kapitalistis.
Bung Hatta mungkin melihat bahwa organisasi usaha semacam itu
memerlukan manajemen yang profesioal agar mampu sama-sama berdiri
dengan perusahaan perorangan yang kapitalistis. Karena itulah dia memilih pendidikan ke bidang studi ekonomi di Jakarta kemudian dilanjutkannya ke Rotterdam.Misalnya, tentang hukum alam yang serba empat menjadi hukum dan etika budaya Minangkabau yang juga serba empat.
Bahwa susunan ketatanegaraan yang terdiri dari polis-polis yang berdiri
sendiri berbentuk federasi dalam ikatan sesamanya, sama halnya dengan
sistem pemerintahan nagari di Minangkabau yang terdiri dari berbagai
koto (kota = benteng).
jujur dan disiplin, seorang Muslim yang saleh, seorang negarawan yang
demokrat, seorang ekonom yang berideologi kerakyatan. Kepadanyalah Bung Hatta bertanya dengan kritis tentang
pemahaman tauhid dan akidah yang tidak masuk akalnya tapi diyakini
masyarakat pada umumnya. Misalnya tentang keberadaan Tuhan di langit ketujuh dan perintahnya dilayani oleh malaikat dan bidadari.
Meskipun tidak menganut ajaran tarekat, Bung Hatta menjadi Muslim yang
saleh demi menghormati predikat moyangnya yang ulama terkemuka itu, di
samping keyakinannya sendiri tentang agama yang dianutnya.o Marah jelas tidak dipakai oleh penduduk asli Minangkabau dari tanah darat, yaitu tanah asal Minangkabau.
Menurut Prof AR Sjahrial, salah seorang keponakan Bung Hatta yang kini
menetap di Padang, Pak Gaek Bung Hatta itu berasal dari Rao. Yaitu suatu nagari dekat perbatasan utara Sumatera Barat.
Yang menurut antropologi Minangkabau termasuk daerah rantau yang
menjadi daerah tempat pertemuan dan pembauran aneka suku bangsa.
Demikian juga halnya jika melihat rumah tempat Bung Hatta dilahirkan di
Bukitinggi yang bergaya lazimnya di wilayah rantau pesisir.
Juga menurut informasi dari Prof Sjahrial, bahwa nenek dari ibunda Bung
Hatta disebut oleh anak-cucunya dengan panggilan Nenek Jawa.
Seorang perempuan dari Jawa, tapi tidak pernah mau mengisahkan dari
mana dia datang dan siapa namanya yang sebenarnya, serta siapa bapak
anaknya.Konon, bila ditemukannya sesuatu perlakuan pemerintah
yang tak menyenangkan, dia akan datang ke Kantor Asisten Residen yang
Belanda untuk menyatakan protes. Bila keluar rumah, di pinggangnya selalu terselip pistol kecil.
Demikian pula bila dia mengantarkan Bung Hatta kecil pergi mengaji di
sore hari ke surau Syekh Djamil Djambek yang berjarak hampir satu kilo
meter dari rumahnya.Menurut Dr Meutia Hatta Swasono, putri tertua Bung
Hatta, Pak Gaek yang pengusaha angkutan pos, sangat menuntut kerja
tepat waktu, menyiapkan perangkat pendukung seperti petugas dan kuda
harus bersih dan sehat, serta menuntut perawatan yang prima setiap hari.
Apalagi mengingat rute perjalanan dari Bukittinggi ke Lubuk Sikaping
melalui hutan belantara serta melewati bekas lokasi Perang Padri yang
belum begitu lama usai.
Pengalaman hidup sedari kecil di rumah tangga demikian dan ditambah
oleh sikap Mak Gaeknya yang nyinyir dalam memelihara aturan dan
kemudian disiplin yang berlaku pada sekolah seperti HIS dan MULO,
sangat kuat membentuk sikap mental Bung Hatta sebagaimana yang dikenal.Organisasi Syarikat Usaha merupakan perserikatan
orang-orang yang berusaha bersama atau bekerja sama, selain sesuai
dengan pola budaya Minangkabau, juga sangat dibutuhkan oleh rakyat yang
ingin bangkit dari dominasi sistem ekonomi yang kapitalistis.
Bung Hatta mungkin melihat bahwa organisasi usaha semacam itu
memerlukan manajemen yang profesioal agar mampu sama-sama berdiri
dengan perusahaan perorangan yang kapitalistis. Karena itulah dia memilih pendidikan ke bidang studi ekonomi di Jakarta kemudian dilanjutkannya ke Rotterdam.Misalnya, tentang hukum alam yang serba empat menjadi hukum dan etika budaya Minangkabau yang juga serba empat.
Bahwa susunan ketatanegaraan yang terdiri dari polis-polis yang berdiri
sendiri berbentuk federasi dalam ikatan sesamanya, sama halnya dengan
sistem pemerintahan nagari di Minangkabau yang terdiri dari berbagai
koto (kota = benteng).
No comments:
Post a Comment